Kamis, 09 April 2009

Kyoo ni Dake (Hanya Hari Ini)
oleh:Patria Yusmirza Pratama
“Tadaima (Saya pulang)” seru suara diluar.
Seorang anak lelaki berumur lima tahun yang sedang duduk didepan televisi tersentak, sejenak ia terdiam namun setelah ia mendengar suara bel sepeda yang amat ia kenali anak itu berlari menuju ruang depan untuk menyambut orang yang baru datang itu. Ia berlari sepanjang lorong rumahnya yang panjang dengan penuh semangat dan wajah yang ceria, sebab ia tahu itu suara sepeda siapa.
Sesampainya didepan pintu dengan penuh harap ia membuka pintu itu sambil berteriak kencang,
“OKAERI! (SELAMAT DATANG DIRUMAH!)” pekiknya dengan girang.
Tetapi kebahagiannya sirna saat itu juga saat ia melihat sosok yang berdiri didepannya sambil menenteng sepeda yang amat ia kenali, sepeda kakak lelakinya.
“Siang Masaru, kau kelihatan senang ya?” sapa gadis yang membawa sepeda itu.
Anak lelaki tadi bernama Masaru, ia tak lagi tampak bahagia, ia bahkan menyembunyikan sebagian wajahnya dibalik daun pintu yang digenggamnya erat.
“Bukan kak Saku ya?” bisiknya sesenggukkan.
“Ma… Masaru…” desah gadis itu.
Gadis itu lalu mendekati Masaru dan berjongkok didepannya, dapat dilihatnya air mata Masaru mulai menetes mengalir melewati wajah bulatnya yang lugu, seperti halnya dirinya yang hampir tak mampu membendung air matanya sendiri saat mendengar nama Sakuhiro disebut oleh Masaru.
Tak lama ibunya Masaru tiba dirumah, melihat ibunya, Masaru berlari kedalam rumah namun ibunya dan gadis itu seperti tak dapat menghentikan Masaru.
“Aki-chan, selamat siang” sapa ibunya Masaru.
“Selamat siang, Megumi-san” balas gadis bernama Aki itu.
“Apa Masaru melihatmu membawa sepeda itu lagi?” tanya Megumi-san.
Aki hanya mengangguk menanggapinya dengan wajah sedih, Megumi-san hanya tersenyum dan meraih pundak Aki untuk mengajaknya masuk. Merekapun masuk setelah Aki menyandarkan sepeda milik Sakuhiro disamping rumah. Mereka kini duduk diruang tamu yang sunyi walau samar- samar terdengar Masaru yang sedang menangis dilantai dua rumah itu di kamar milik Sakuhiro tampaknya.
Aki hanya tertunduk diam sama halnya Megumi-san, menunggu dengan sabar hingga Masaru berhenti menangis. Dan akhirnya, setelah kira- kira dua puluh menit suara Masaru tak terdengar lagi, mungkin ia sudah tertidur.
“Pasti berat bagi Masaru…” desah Megumi-san memecah keheningan.
“Bagi sayapun begitu…” balas Aki pelan dengan nada getir yang dipaksakann normal namun matanya yang berkaca- kaca tak dapat membohongi Megumi-san.
“Masaru sering begitu selama seminggu ini… Sejak hari itu, ia terus ingin ada di rumah, menanti Sakuhiro pulang dari balik pintu itu…” kenang Megumi-san sambil menatapi pintu masuk yang masih sedikit terbuka.
“Saya paham perasaan Masaru…” desah Aki,”…Seandainya saya saja dan bukan Saku… Saya bahkan tak tahu lagi mana yang benar dalam hidup saya setelah hari itu” Aki mulai menangis pelan,”…Harusnya tak saya bunyikan bel sepeda itu… Tetapi, tadi itu saya teringat akan Saku, setiap kayuhan sepeda itu mengingatkan akan apa yang saya dan Saku telah alami bersama… Bahkan satu bunyi singkat bel itu seakan membawa Saku kembali di dunia ini…” aku Aki.
“Mungkin Masaru pun merasa demikian” ujar Megumi-san mencoba menenangkan Aki.
Megumi-san berdiri dan duduk disamping Aki sambil membelainya.
“Sampai selasa yang lalu Saku masih bersama kita… Tetapi kenapa harus dia?” bisik Aki yang menangis dalam pelukkan Megumi-san.
“Hirose Aki…” desah Megumi-san,”…Tak ada yang bisa menebak kehendak Yang Kuasa, ibu rasa… Saku pun menyadari hal itu ketika ia divonis mengidap Leukimia” bisik Megumi-san.
Sejenak terlintas dibenak Aki tentang apa yang dialaminya selasa lalu, ia yang bersepeda bersama Sakuhiro mengelilingi pantai Osaka dipenghujung musim panas menyambut musim gugur. Sosok Saku yang melepaskan tawa terakhirnya sedang membonceng dirinya di sepeda dengan bel yang terus dibunyikan oleh Aki. Hingga akhirnya, merekapun terjatuh setelah suara Saku tiba- tiba menghilang. Aki mendapati tubuh anak lelaki yang menjadi kekasih hatinya itu terbujur diatas pasir pantai putih dan ditindih oleh sepedanya sendiri. Semua berjalan cepat, hingga mereka di rumah sakit, semua disana, keluarga Sakuhiro dan keluarga Hirose, keluarga Aki. Dan setelah beberapa jam berlalu, dokter yang menangani Saku membawa kabar yang amat mengguncang, bahwa mereka telah berusaha sedapatnya namun Saku telah sampai pada batasnya, mereka hanya bisa meratapi apa yang terjadi, Megumi-san bahkan pingsan setelah mengetahui anak lelaki pertamanya tak akan pulang lagi bahkan untuk sekedar makan malam bersama ia dan adiknya, Saku telah meninggalkan dunia ini karena penyakit Leukimianya.
“Aki… Kau baik- baik saja, nak?” panggil Megumi-san pelan.
Aki tersentak, wajahnya merah dengan air mata membasahi wajah manisnya. Megumi-san kembali memeluknya dan ikut menangis.
Sementara itu, Masaru yang tertidur terbawa kedalam kenangan yang tak ingin dipercayainya. Ia berdiri diantara banyak orang dengan setelan hitam, ibunya terisak memeluk dirinya yang terpaku menatap batu besar dengan tulisan ‘Yuuji Sakuhiro’ dan dikelilingi dua guci yang dupanya masih panjang- panjang. Masaru tak menangis, ia tak henti- hentinya berbisik ‘Kakak cepat pulang, ibu menagis’.
Kakak tidak meninggal…

Saru…
…Masaru…
Perlahan mata Masaru terbuka setelah mendengar suara yang memanggilnya, ia mengenali suara ini, namun rasa ragu kembali melanda setelah kejadian tadi ia tak ingin kecewa lagi ketika ia membuka matanya dan ia tidak menemukan sosok yang dinantinya.
Ia beranikan dirinya untuk membuka matanya,
“Masaru…” panggil suara itu.
Butuh waktu bagi mata kantuknya untuk menyesuaikan antara mimpi saat ia tertidur dengan dunia yang akan dilihatnya sekarang. Akhirnya, setelah ia benar- benar terbangun ia tersentak, kaget dan senang bercampur aduk.

Sesosok anak lelaki yang amat dikenalnya, berambut pendek warna hitam cerah, mata hangat yang ia nantikan, hidung dengan bintik- bintik merah kecil khan sosok itu, wajah yang hangat, tegar dan bersahaja, benar- benar persis dengan ingatannya kali terakhir ia melihat sosok ini lengkap dengan setelan baju T-shirt hijau les kuning dan celana kainnya yang berwarna krem.
“Kak Saku? Kak Saku khan?” tanyanya dengan polos sambil mengucek matanya.
“Lho, kok pertanyaannya begitu? Iya ini kakak memangnya siapa lagi?” balas sosok itu.
Masaru tersenyum merekah lalu memeluk erat sosok itu dan ia berteriak kegirangan walau suaranya teredam karena ia memeluk sosok itu.
“OKAERI, OKAERI NII-SAN! (SELAMAT PULANG, SELAMAT PULANG KAKAK!)” sergahnya.
“Masaru… Memangnya kakak kemana?” tanya sosok itu pelan.
Masaru mengendurkan pelukkannya, ia menatap sosok itu dengan wajah lugunya.
“Kak Saku khan… Eh… Nggak! Nggak jadi!”
Sosok itu hanya tersenyum kecil menatap Masaru yang tampaknya kegirangan sekali menyanyikan lagu- lagu yang tak jelas lagu apa tampaknya ia karang sendiri.
“Masaru…” panggil sosok Saku, Masaru terdiam,”….Katanya mau ke taman bermain di Sapporo, kenapa masih belum siap- siap?” tanya sosok itu.
“Eh?? Benar kak!?”
“Iya, ini khan hari rabu? Bukannya kakak janji kita akan ke Sapporo Park Land?”
Masaru lalu bergegas berdiri ia buru- buru menutup foto kakaknya yang dibingkainya telah disematkan pita merah, tanda bahwa si pemilik foto itu telah tiada. Masaru lalu turun kebawah menuju kamarnya. Tampaknya ibunya dan Aki telah keluar rumah sebab rumah sepi sekali. Pikir Masaru, mereka pasti sedang belanja besar- besaran untuk menyambut pulangnya kak Saku.
Masaru memasuki kamarnya dan membuka lemarinya mencari baju secara terburu- buru sehingga baju- bajunya berserakan dimana- mana. Ia pilih setelan yang sama dengan setelan yang dikenakan kakaknya, walau sedikit berbeda tetapi bajunya hijau dan celana pendeknya berwarna krem. Saat keluar kamar, kak Saku sudah ada didepan ruang tamu menunggu Masaru.
“Sudah siap?” tanya Saku.
“Ya!” jawab Masaru dengan penuh semangat,”Itekimasu you! (Mari berangkat!)”.
Saku tertawa pelan lalu ia merangkul Masaru dan merekapun pergi keluar. Saat diluar sejenak Saku menatap sepeda miliknya.
“Kak Aki sering pinjam sepeda kakak kalau mau turun sekolah selama seminggu ini” ujar Masaru memberitahu kakaknya.
“Ya, dia sudah dapat ijin dariku” sergah Saku,”Tetapi... Hari ini kita tidak akan menggunakan sepeda, kita akan naik bis listrik, Masaru sudah lama mau naik bis itu khan?”.
“MAU MAU MAU” teriak Masaru.
Saku lalu mengangkat tubuh Masaru dan mendudukan Masaru dipundaknya.
“Apa tidak apa, kak? Kakak khan sakit?” tanya Masaru.
Saku terdiam sejenak lalu menjawab Masaru.
“Kakak sudah tidak bisa sakit lagi, kakak akan selalu sehat”
“Yak! Kak Saku memang hebat!” ujar Masaru sambil mengacungkan jempolnya.
Saku hanya tertawa geli melihat keluguan adiknya itu, merekapun pergi menuju tempat yang dijanjikan oleh Saku, mereka menaiki bis listrik dan Masaru senang sekali berada didalamnya terutama setelah bis itu bergerak. Dan merekapun tiba di taman bermain Sapporo.
“Kakak...” panggil Masaru.
“Apa?”
“Tamannya besar sekali, apa kakak punya uang?” tanyanya.
“Tenang saja, kakak menabung selama musim panas untuk hari ini lho” tegas Saku,”Nah, mari kita bersenang- senang hari ini!”
“YAAAA!”
Dan hari itupun dilalui Masaru dengan sangat menyenangkan, wajah tersenyumnya yang telah sirna selama seminggu ini telah kembali, bahkan mungkin ia menganggap bahwa dihari ini, minggu yang lalu, hari dimana ia seharusnya ada disini bersama kakaknya bukannya berada dipemakaman telah ia lupakan. Akhirnya saat ia dan kakaknya memasuki rumah bersejarah Masaru mengatakan sesuatu yang tak ingin didengar Saku walau ia terharu mendengarnya,
“Kakak setelah ini akan bersama kita seterusnya khan? Nanti kita kemari lagi khan?” desak Masaru.
Saku hanya tersenyum menjawabnya lalu ia menunjuk replika sarang burung dan anak- anaknya.
“Masaru, coba lihat burung- burung itu...” bisik Saku,”...Suatu saat mereka akan tumbuh dan dapat terbang dilangit”
“Apakah kak Saku sudah siap terbang seperti anak burung?” tanya Masaru dengan lugunya.
Saku kembali tersenyum dan mengangguk untuk menjawabnya.
“Aku juga mau terbang...” desah Masaru,”Tobi kata no shiranai dake (tetapi aku tak tahu caranya)” bisiknya sedih.
“Itakanai you (Jangan menangis ya)” bisik Saku.
“Kak aku lelah, kita pulang saja ya?” pinta Masaru.
“Ya, lagipula ini sudah sore...”
Masaru lalu digendong Saku, dan dalam perjalannan pulang Masaru tertidur dipunggung kakaknya itu. Saat masuk kerumah, disana ada Aki yang baru saja membereskan kamar Masaru yang tadi berantakkan. Aki terpaku ditengah lorong antara kamar Masaru dan ruang keluarga, ia terpaku pada sosok yang berdiri didepan pintu yang menggendong Masaru.
“Sa... Saku?...” desahnya tak bergerak dari tempatnya berdiri.
“Kaoiro ga aoi desu yo. Dou-ka shita no desu ka? (Wajahmu pucat. Ada sesuatu yang mengganggumu?)” sapa Saku.
“Kimi wo... Hontou ni Saku ka? (Dirimu... Benarkah kamu Saku?)” getirnya sambil berjalan mendekati Saku yang sedang meletakkan Masaru diatas sofa.
“Ini aku... Aku pulang sesaat untuk Masaru” jawab Saku.
“Hanya... Hanya untuk Masaru?” desah Aki.
“Aku... Seharusnya rabu lalu aku menepati janjiku kepada Masaru yang telah kujanjikan sejak awal musim panas... Aku tak pernah menjanjikannya upacara rabu lalu itu” jawab Saku menjelaskan semuanya.
Aki lalu memeluk tubuh Saku, ia terisak dalam pelukkannya.
“Semua yang disini tak mampu mempercayai kepergianmu, bila Dewa mengijinkanmu pulang hari ini mengapa kau tak bisa pulang selamanya?” bisik Aki.
“Karena janjiku pada anak yang masih kecil ini, mungkin Dewa tak ingin anak ini nantinya tak mau mengakui Dewa lagi karena kejadian ini” balas Saku.
Aki lalu mengendurkan pelukkannya dan ia mencium Saku selam yang ia sanggup, dan saat terpisah Saku melongo tak percaya.
“Jika begitu... Kuberikan kau tanda cinta yang belum sempat kau terima pada hari itu” sergah Aki.
“Aki... Aku...”
“Saku... Berapa lama lagi kau ada disini?” bisik Aki.
Saku hanya tersenyum mendengarnya, lalu ia merangkur Aki mengajaknya keruang keluarga dan duduk diteras menatap lagit- langit malam yang mulai dihiasi bintang- bintang yang berkelap- kelip.
“Kau tahu Aki bahwa semua makhluk hidup pasti akan mati?” sergah Saku.
“Tetapi... Apa kepergianmu tak terlalu cepat? Begitu singkat ku kenal dirimu namun tampak butuh lebih dari seumur hidup melupakanmu” desak Aki yang kini bersandar dibahu Saku.
“Paling tidak, sudah delapan belas tahun aku hidup... Dan penyakit ini tak pernah kupinta” bisik Saku.
Lalu merekapun terdiam sejenak, dan tak lama keheningan itupun pecah saat Megumi-san tiba diruang keluarga dan menjatuhkan bungkusan yang berisi bahan masakan, ia terkejut melihat sosok yang duduk disamping Aki yang sedang tersenyum kearahnya.
“Okaeri, Ka-san (Selamat pulang kembali, ibu)” sapa Saku.
Tak ayal, Megumi-san pun berlari memeluk tubuh Saku, diciuminya kepala dan wajah anaknya itu tak henti- hentinya.
“Astaga Dewa, ini benar dia (mencium kedua pipi Saku) Kau dengar do’aku setiap malam oh Dewa (mencium kening Saku)”
“Ibu, aku hanya pulang sesaat...” bisik Saku.
Megumi-san tersentak, ia berhenti menciumi anaknya itu, wajah bahagianya sirna, berubah menjadi wajah terkejut yang ia tampakkan saat dokter di rumah sakit mengabarkan kepergian Saku. Ia menatap tak percaya ke wajah anaknya.
“Pulang... Sesaat? Kenapa? Apakah Masaru?”
Saku hanya mengangguk menjawabnya.
“Ibu, jannganlah menangis lagi, biarkan aku pergi dengan tenang, bila ibu menangis terus sepanjang malam bagaimana aku bisa tenang?” bisik Saku.
Megummi-san hanya bisa terisak mendengarnya, ia tahu hal ini namun ia tak tahan akan kehilangan Saku setelah ia kehilangan suaminya saat Masaru masih berumur satu tahun.
Aki dan Megumi-san mulai tersentak saat Saku mulai memudar dan bau dupa tercium dimana- mana.
“Ibu, Aki... Aku harus pergi sekarang... Relakanlah aku.... Aki, kau teruskanlah hidupmu, jangan jadikan aku beban hidupmu...
...Semuanya...
...Selamat tinggal...
Dan setelah itu Saku pun menghilang dari hadapan mereka, dibawah bintang yang bersinar menghias langit Aki dan Megumi-san berpelukan terisak bersama.

Osaka, Mei, awal musim panas, setahun kemudian.

Seorang gadis dengan baju seragamnya tengah berdiri didepan sebuah makam batu bertuliskan ‘Yuuji Sakuhiro’, gadis itu adalah Hirose Aki yang diseragamnya tersematkan lambang kelas tiga SMA.
“Hari ini... Setahun sudah sejak aku menjadi kekasihmu... Dan genap dua tahun aku mengenalmu sejak awal kita di SMA... Saku, aku sudah lulus dan aku berencana akan kuliah di Amerika jurusan Kedokteran ilmu bedah... Pesan terakhirmupun masih ku ingat dengan jelas tetapi akan sangat sulit bagiku untuk mencari penggantimu... Masaru sekarang sudah masuk SD di Sapporo, ia sangat pandai hingga bisa lolos tes disekolah Negeri... Aku harus pergi Saku, pesawatku berangkat satu jam lagi... Aku akan kunjungi kau musim panas tahun depan lagi... Kau selalu dihati” bisik Aki sambil memegangi batu nisan makam Saku.
Yokata ne Aki, ittarashai...
(Baguslah Aki, semoga selamt sampai tujuan...)
Aki tersentak mendengarnya, ia tahu itu suara Saku, ia hanya bisa tersenyum lalu iapun berjalan keluar dari area pemakaman itu.

Buku kematian by adit 1 tkj

Minggu, 22 Maret 2009

Buku Kematian

Pagi hari,aku terbangun dari tidurku dan aku langsung melakukan tugasku yaitu sekolah.seperti biasa aku berangkat dengan berjalan kaki dari rumah hingga sampai disekolah.

Setelah aku sampai di sekolah aku langsung masuk sekolah,lalu aku mendengar suara teriakan dari dalam ruang guru,ternyata guru matematika yang bernama Pak Tetsu telah mati dengan sebab yang tidak diketahui lalu salah seorang temanku menelpon polisi dan ambulans untuk segera memeriksa penyebab kematian dari guruku.

Lalu sekolah mengumumkan libur selama seminggu karena polisi ingin memeriksa tkp dimana pak tetsu mati.Dan semua murid dipaksa pulang.

Sebegitu aku dijalan aku dicegat oleh 5 orang yang memang sudah lama polisi mencarinya,yaitu Lee Chien,orang yang menyelundupkan senjata dan narkoba.lalu dia memeras aku agar aku memberi uang padanya.

Keesokan harinya aku ingin membeli sayuran untuk ibuku,tapi aku melihat sesuatu ditong sampah sebuah buku hitam yang bertuliskan “BUKU KEMATIAN”,lalu aku memungutnya dari tong sampah tersebut.lalu aku sesampai dirumah aku membaca buku tersebut,ternyata isi didalam buku itu membuatku terkejut,buku itu mengatakan bahwa buku ini dapat membunuh orang dansetelah orang yang dibunuh itu mati,setelah 40 detik harus ditulis sebab kematiannya.

Tak lama aku mencobanya dengan target pertama adalah lee chien yg pernah menggangguku.pada saat itu aku bertemu dengannya di penyebrangan kereta api lalu aku mencoba menulis namanya di buku,ternyata setelah 40 detik,dia mulai bereaksi,dia mati seprti oarng yg kena serangan jantung lalu penyebabnya aku tulis dibuku dan aku menjauh dar tempat tersebut agar aku tak dicurigai sebagai pembunuhnya.lalu aku mendengar suara tawa yg aneh lalu aku melihat sosok yg menyeramkan,lalu aku bertanya

Jumat, 20 Maret 2009

Kisah cinta anak remaja

Oleh : Dwi Hendra Nugraha

Cerita ini bermula dari seorang remaja dan beberapa temannya. dia ini baru duduk dikelas 2 , ia bernama ahad, maman, iyah, dan ovi. Mereka duduk di kelas 2 B . disemester pertama ahad merasakan perasaan yang biasa-biasa saja terhadap teman wanita sekelasnya yang bernama iyah. Diakhir semester 1 ahad mulai merasakan perasaan berbeda terhadap teman wanitanya yang ber nama iyah itu. Disemester 2 ahad mulai malu-malu bertemu dengan iyah, bila bertemu dengan iyah, ia langsung salah tingkah dihadapan iyah. Iyah pun mulai bertanya-tanya mengapa ahad kelakuannya berubah akhir-akhir ini. Ia pun bertanya kepada teman baiknya yang bernama ovi. “ ovi kamu tau gak kenapa ahad belakangan inikelakuannya aneh???”

Ovi menjawab “ maksud mu kelakuan apa yang aneh???”

Iyah : “ itu tuh setiap aku dekati ia langsung pergi???”

Ovi : “ oh itu aku juga gak tau tuh!!!nanti aku Tanya kana ma dia!!!”

Iyah : “ baik kalau begitu tolong aku yah!!!”

Bel istirahat pun berbunyi, Ovi pun mencari ahad ke kantin. Ovi pun bertemu dengan ahad kemudian ovi bertanya kepada ahad “ had kamu belakangan ini kok kelakuanya aneh ya???”

Ahad mejawab “ aneh apanya???”

Ovi : “ itu tuh kalau kamu didekati iyah kok kamu langsung pergi???”

Ahad : “ oh itu ada deh!!! Mau tau aja !!!”

Ovi : “ pelitnya pang gak mau kasih tau aku???”

Ahad : “ bukannya pelit tapi itu rahasia!!!”

Ovi akhirnya pergi (dengan muka yang penuh penasaran), ovi pun mencari maman teman baik ahad. Tapi maman hari itu tidak turun karena sakit. Jam istirahat pun habis dan ovi pun kembali kekelas. Iyah pun langsung bertanya “ apakah kamu udah tanyakan kepada ahad???”

Ovi pun menjawab “ udah tadi aku tanyakan!!!”

Iyah “ terus ia menjawab apa???”

Ovi “ ahadnya gak mau kasih tau aku, tapi tenang aja besok aku Tanya kana ma maman!!!”

Iyah “ tolong ya Tanya kan”

Saking keasikan mereka ber dua tidak menyadari kalau ada ibu guru di depan meja mereka. Mereka pun kaget melihat ibu guru di depan meja mereka. Guru itu pun bertanya “ sedang apa kalian???”

Iyah dan ovi pun menjawab(dengan terbatah-batah) “kami lagi ngobrol bu!!!”

Ibu guru : “ apa kalian sedang mengobrol???”

Iyah dan ovi : “ ia bu kami sedang mengobrol, maaf kami ya bu??”

Ibu guru : “ baik ibu maaf kan tapi jangan di ulangi lagi ya???”

Iyah dan ovi : “ ia bu kami tidak akan ulangi lagi!!!”

Pelajara pun di lanjutkan kembali tidak terasa bel pulangan sudah berbunyi. Mereka pun segera pulang kerumah masing-masing. Keesokan harinya maman pun turun. Ovi pun langsung bertanya kepada maman “maman kamu tau gak kenapa ahad belakangan ini aneh???”

Maman mejawab “ aneh apanya???”

Ovi : “ Itu kelakuan ahad kalau di dekati iyah selalu menghindar!!!”

Maman : “ oh itu, itu gara-gara……”

Tiba-tiba datang ahad dan langsung menyapa maman. “ maman sedang ngobrol apa sama ovi???”

Maman : “ itu sedang ngobrol tentang kamu!!!”

Ahad : “ ngobroli tentang aku, tentang apa???”

Maman : “ itu kenapa bela…..”(tiba-tiba ovi mencubit maman)

(ovi langsung menjawab pertanyaan ahad)

Ovi : “ itu kenapa tumben datang kesiangan???”

Ahad : “ oh itu aku tadi telat bangun jadi kesiangan deh datang kesekolahan, untung pagar masih terbuka deh”kalau begitu aku masuk dulu ya.

Maman : “ kenapa kamu tadi mencubit aku???”

Ovi : “ abisnya mulut mu sih gak bisa dijaga!!!”

Maman : “maksud mu apa???”

Ovi : “ itu tadi kamu mau ngomong apa???”

Maman : “aku mau ngomong yang tadi kita bicarakan!!!”

Ovi : “ itu rahasia jangan bilang-bilang ya”

Maman : “oh kaya gitu, ok deh”

Gara-gara ada ahad, maman pun lupa memberi jawaban kepada ovi.

Itu bel masukan udah berbunyi ayo kita masuk kelas (maman berbicara)

Ayo (jawab ovi)

Sesampai di kelas mereka pun belajar seperti biasa. Maman pun tersenyum gembira sehingga membuat ahad penasaran. Lalu ahad bertanya “ man kamu kenapa tersenyum gembira???”

Maman : ada deh mau tau aja!!!”

Ahad : “ pelit ya ama teman baik sendiri gak mau kasih tau???”

Maman : “ ia ia … jangan nangis donk aku gak punya permen!!”

Ahad : “enak aja emang gue anak kecil, kasih tau pang kenapa kamu tersenyum gembira???”

Maman : “ itu aku lagi senag aja!!”

Ahad : “ ya senangnya kenapa???”

Maman : “ gara-gara ketemu ovi!!!”

Ahad : ‘ gitu aja kok senang???”

Maman : “ ya iyalah…………”

(tiba-tiba pak guru datang kemeja mereka) dan bertanya sedang apa kalian???

Maman dan ahad menjawab “ kami sedang berbicara pak”

Pak guru : “ berbicara apa kalian???”

Maman dan ahad : “ berbicarakan pelajaran pak”(Jawab maman dengan cepat)

Pak guru : “ ya sudah kalau begitu perhatiakan ke depan”

Pelajaran pun diterus kan kembali kemudian bel berbunyi dan pelajaran pun berganti. Hingga istirahat maman dan ahad hanya terdiam. Ketika istirahat maman dan ahad hanya berdiam diri dikelas. Mereka tersenyum gembira sehingga teman-teman mereka heran melihat kelakuan mereka. Ketika pulang ovi pun mendatangi maman dan bertanya “ man apa tadi jawaban pertanyaan ku tadi???”

Maman menjawab “ pertanyaan apa???”

Ovi : “ itu nah kenapa ahad belakangan ini kelakuannya aneh???”

Maman : “ oh itu karena dia tuh suka ama iyah tapi kamu diam-diam aja yah???”

Ovi : “ oh gitu ya…………..”

Maman : “ iya …………”

Ovi pun memberitahu kepada iyah apa yang ia dapat dari maman. Iyah pun terkejut, tidak percaya apa yang ia dengar.

Tidak terasa beberapa bulan sudah berlalu hingga akhirnya mereka naik kelas 3. Ketika mereka melihat papan pengumuman disana ditulis pengumuman pembagian kelas ternyata ahad tidak sekelas lagi dengan maman, iyah, dan ovi. Betapa sedihnya mereka ketika mengetahuinya. Dengan lapang dada mereka merelakan ahad beda kelas.

Kejadian dikelas 2 pun terjadi lagi ahad masih salah tingkah atau ia kabur saat ia di dekati oleh iyah. Namun setelah setengah bulan dikelas tiga akhirnya ahad memberanikan diri untuk mengatakan cinta kepada iyah. Dihari sabtu itu ahad mengatakan cinta kepada iyah setelah pulang sekolah. Iyah pun terkejut mendengar ahad mengatakan cinta kepadanya. Ahad bertanya kepada iyah “ iyah mau kah kamu menjadi pacar aku???”

Iyah menjawab “ apa, kamu ngomong apa???”

Ahad : “ iyah mau kah kamu menjadi pacar ku???”

Iyah : “ jawabnya sekarang nih, gak bisa besok kah???”

Ahad : “ ia jawabnya sekarang, gak ada jawab besok!!!”

Iyah : “ kayanya aku gak bisa deh untuk ………….”

Ahad : “ untuk apa???”(dengan penasaran)

Iyah : “ untuk menolak mu!!!”

Ahad : “ jadi jawaban mu???”

Iyah : “ ia aku menerima kamu untuk jadi pacar ku!!!”

Ahad pun senang dan gembira ketika mengetahui bahwa ia diterima oleh iyah. Pertama-tama saat mereka pacaran mereka masih malu-malu saat pacaran. Tapi setelah satu bulan mereka jadian mereka pun tidak malu lagi. Tapi diam-diam maman mengatakan cintanya kepada ovi melalui sms.

Dan ovi pun menerima maman untuk menjadi pacarnya. Jadi ketika mereka pacaran selalu bersama-sama.

Demikian lah ceritanya tunggu kelanjutannya ya…………………..

karya Erna 1TKJ the best

Jumat, 13 Maret 2009

* Kusayang Ibu *

Ibu adalah bundaku

Bagiku dia wanita yang sempurna

Karena ibulah aku ada

Karena ibulah aku sekarang

Ibuku telah mengandungku Selma sembilan bulan

Batapa beratnya ibu rasa yang dibawanya

Sampai saat ibuku melahirkanku

Selama ini aku jahat pada ibuku

Kenapa aku jahat padanya

Padahal aku tau bagaimana ibu

Tapi walaupun aku jahat aku saying ibuku

Ibu …

Ibu ...

Aku sayang kamu

Maafkanlah kesalahanku selama ini

Semoga kau mau mengampuniku

Rabu, 11 Maret 2009

The Golden Parting

A battle has been fought,

And is now over.

Please your sword upon the ground,

And rest in the temporal peace.

After dozing in the warmth of a dream

A new day will begin.


By: Patria Yusmirza Pratama


Fate Stay Night

I am the bone of my sword

Steel is my body and fire is my blood

I have created over a thousand blades

Unknown to death

Nor known to life

Have withstood paint to create many weapons

Yet,those hands will never hold anything

So as I pray, unlimited blade works

Senin, 09 Maret 2009

KISAH SEORANG SAUDAGAR


Disuatu negeri hiduplah seorang saudagar yang bernama Hadi, ia amat kaya, iya juga mempunyai sebuah istana yang amat megah dan mengalahkan kekayaan raja-raja yang ada di negeri itu. Saudagar ini memiliki seorang istri yang bernama adawiyah, adwiyah ini sangat cantik rupa wan dan hatinya juga baik hati tetapi mereka berdua tidak memiliki anak satupun.
Saudagar ini mempunyai orang kepercayaan yang amat ia percayai yang bernama Udin saking dipercayanya ia pun disuruh untuk tinggal bersamanya diistana. Disana Udin diberi keperyacaan untuk mengurusi istana. Diistana udin juga tinggal bersama istrinya. Istrinya juga membantu udin dan istri saudagar itu untuk mengurusi istana.
Ketika umur pernikahan mereka sudah mencapai 10 tahun, saudagar ini bermimpi bahwa dia mendapatkan seorang anak laki-laki yang gagah disuatu hutan rimba yang sangat jauh dari negeri tempat ia tinggal. Di dalam mimpi saudagar itu , Untuk mendapatkan anak itu ia harus melewati beberapa rintangan yang sangat sulit. ketika terbangun ia pun menceritakan kepada istrinya. Istrinya pun terkejut dengan cerita suaminya itu karena ia pun bermimpi yang sama dengan suaminya.
Saudagar ini pun menceritakan mimpinya dengan Udin, Udin pun mendengarkan dengan serius. Udin pun mengajukan diri untuk ikut mencari hutan rimba yang ada di dalam mimpi saudagar itu dan udin mengusulkan untuk mencari prajurit-prajurit yang tangguh dan pemberani.
Ke esokan harinya ia pun memutuskan untuk mencari para prajurit yang tangguh dan pemberani untuk ia bawa mencari hutan rimba yang ada didalam mimpinya itu. Setelah beberapa hari ia pun mendapatkan prajurit yang tangguh dan pemberani, ia pun berangkat dengan udin dan para prajurit untuk mencari hutan rimba yang ada didalam mimpinya. Sebelum pergi ia pun berpamitan dengan istrinya dan berpesan agar berhati-hati di istana. Setelah berpamitan saudagar ini pun berangkat untuk mencari hutan rimba yang ada didalam mimpinya dengan prajurit-prajurit yang tangguh dan pemberani.
Setelah beberapa lama saudagar itu pun sampai disuatu hutan rimba. Didalam hutan itu terdapat banyak binatang buas dan jalan untuk masuk kedalam hutan itu sangat terjal.saudagar itu pun menyuruh beberapa prajuritnya untuk jalan duluan dan membuka kan jalan untuknya. Dengan gagah berani beberapa prajuritnya masuk dan membukakan jalan untuk saudagar kaya itu. Namun setelah beberapa lama memasuki hutan itu terdengar suara teriakan dari prajurit-prajurit yang masuk duluan dan membukakan jalan.
Saudagar itu pun berhenti sebentar dan menyuruh dua orang prajuritnya untuk memeriksa asal suara itu. Prajurit yang disuruh pun bergegas untuk memeriksa asal suara itu. Alangkah terkejutnya prajurit itu ketika menemukan prajurit yang duluan masuk sudah tidak bernyawa lagi. Prajurit itu pun segera kembali dan melaporkan kepada saudagar itu. Alang kah terkejutnya saudagar itu mendengar kejadian itu. Akhirnya saudagar itu untuk memutuskan untuk beristirahat dan membangun tenda.


Setelah membangun tenda saudagar itu pun menyuruh beberapa prajurit untuk mencari makan didalam hutan Kemudian beberapa prajurit pergi kedalam hutan untuk mencari makan. Sesampainya didalam hutan prajurit itu pun melihat seekor rusa lalu sang prajurit itu langsung memanahnya.
Rusa itu pun kena panah prajurit itu lalu prajurit itu pun membawa rusa itu untuk makan saudagar itu. Sesampainya ditenda udin pun memasakan rusa itu untuk makan saudagar itu. Saudagar itu bertanya kepada udin , din kamu sedang masak apa untuk makan malam ini? Udin menjawab saya sedang memanggang rusa tuan.
Saudagar bertanya lagi kepad udin, din masaknya yang enak ya? Udin mejawab ia tuan saya akan masak seenak mungkin.
Setelah lama menuggu masakannya, masakannya pun jadi dan saudagar itu makan dengan para prajuritnya. Setelah selesai makan, saudagar itu pun masuk kedalam tenda dan tidur . keesokan paginya ketika matahari belum terbit saudagar itu telah bangun kemudian saudagar itu membangunkan udin untuk menemaninya berjalan-jalan di pinggir sungai dan menemaninya bercerita .
Sambil berjalan di pinggir sungai ia pun bercerita bahwa ia merasakan sebentar lagi ia akan mendapatkan anak yang ada di dalam mimpinya.udin menyahut berarti itu pertanda baik tuan. Setelah lama berjalan saudagar itu pun kembali ke tenda dan menyuruh para prajurit untuk bersiap-siap berangkat lagi untuk mencari hutan rimba yang ada didalm mimipinya saudagar.
Setelah lama berjalan akhirnya hutan rimba yang dicari pun ketemu. Saudagar itu pun segera masuk kedalam hutan untuk mencari anak yang ada didalam mimpinya itu.
Akhirnya setelah lama berjalan saudagar itu menemukan seorang anak disebuah gubuk dan kemudian membawanya kembali keistana. Tetapi selama perjalanan pulang keistana tidak semudah yang dibayangkan oleh saudagar itu. Mereka mengalami beberapa masalah dan gangguan dari beberapa binatang buas tetapi akhirnya mereka berhasil sampai keistana walaupun dengan beberapa prajurit meninggal dunia.
Sesampainya di istana saudagar itu disambut oleh istrinya kemudian istrinya mengambil anak yang ada digendongan suaminya. sangking lamanya mencari hutan saudagar itu tidak lagi memperhatikan keadaannya sendiri. Istrinya pun sedih , melihat keadaan saudagar itu. Istrinya pun menyuruh suaminya untuk mandi dan beristirahat sejenak. Namun saudagar itu bilang nanti saja saya mandinya, saya masih mau bermain dengan anak ini.
Istrinya bertanya bagaimana kalau nama anak ini kita berinama Surya. Sang saudagar itu pun setuju kalau anak ini diberi nama surya. Sangking kecapean saudagar itu ketiduran di atas sofa.
Istrinya pun membangunkan suaminya dan menyuruh pindah kedalam kamar lalu suaminya bangun dan pindah kedalam kamar dengan muka yang kecapean kemudian sang saudagar itu melanjutkan tidurnya.

Istrinya membawa Anaknya kedalam kamar dan menidurkannya disamping dirinya. ketika pagi datang saudagar itu bangun dan langsung melihat anak yang ia dapat di hutan. Anak itu pun sudah bangun juga dan tersenyum ketika melihat saudagar kaya itu. Anak itu mulai sudah bisa ngomong dan berdiri.
Ketika umur surya telah mencapai 1 thn saudagar itu mengajak surya untuk bertamasya dan bejalan-jalan kepantai bersama ibunya dan keluarga pak udin.surya pun senang karena diajak bertamasya. Sesampainya di pantai surya pun langsung berenang dengan menggunakan pakaian yang masih dipakainya. Tidak terasa hari mulai gelap kemudian mereka pulang kerumah.
Sesampainya dirumah surya pun langsung kekamar karena kecapean surya pun langsung tidur tanpa mengganti baju. Saudagar itu memandangi muka surya dan ia tersenyum ketika melihat senyuman surya yang tidur dengan nyenyaknya.Dan memikirkan keadaan surya bila ia telah tiada.
Esok paginya sura membangunkan ayahnya dan mengajaknya untuk bermain dengan raut muka orang baru bangun tidur ayahnya menemani surya untuk bermain tapi sebelum bermain ayah menyuci muka agar segar. Setelah bermain-main dengan ayahnya surya pun mengajak ayahnya untuk makan bersama ibunya di taman didalam istana.
Ayahnya pun menemani surya makan bersama ibunya. Saudagar itu bertanya kepada istrinya, “ betapa beruntungnya kita memiliki surya?”
Istrinya menjawab, “ ia, beruntungnya kita memiliki surya!!!!!!!!!”
Setelah selesai makan mereka pun kembali keistana. Sesampainya di istana mereka disambut oleh pak udin dan istrinya mereka pun langsung membawakan barang bekalan saudagar itu.sebelum mengambil barang bawaan saudagar itu, saudagar itu berpesan agar “pak udin nanti ketemui saya di halaman depan ya?????” pak udin pun mejawabnya “baik tuan saya akan menemui tuan setelah saya menyimpan barang bawaan tuan!!!!!!”
Setelah selesai menyimpan barng bawaan saudagar itu. Pak udin pun segera bergegas untuk menemui saudagar itu di halaman. Sesampainya dihalaman pak udin pun bertemu dengan saudagar itu dan bertanya “ tuan ada apa anda memanggil saya???”
Saudagar itu menjawab, saya ingin bertanya “bagaiman menurut mu tentang surya???”
Pak udin menjawab “menurut saya sih surya itu anaknya baik, pinter dan lain2!!! Emangnya ada apa tuan bertanya seperti itu???
Saudagar itu menjawab “saya hanya ingin tahu saja”
Pak udin bertanya kembali kepada saudagar itu “ tuan ada lagi yang ingin di bicarakan???”
Saudagar itu menjawab “ tidak ada lagi pak udin!!!”
Pak udin menjawab lagi “ kalau begitu saya permisi kebelakang untuk menyelesaikan pekerjaan saya yang belum selesai!!!!!!!!!!!”

Saudagar itu pun masuk kembali kedalam istana. Sesampainya pak udin di belakang, istrinya pak udin bertanya “apa yang bapak bicarakan dengan tuan kita???”
Pak udin menjawab “ tadi hanya membicarakan tentang surya!!! Emang kenapa ibu bertanya seperti itu???”
Istri pak udin menjawab “ tidak ada apa2, hanya ingin bertanya saja’
Pak udin menyahut “oh………….. begitu ya !!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Tahun demi tahun di lewati kini surya telah menjadi seorang remaja yang gagah dan baik hati. saudagar ini pun mulai sakit-sakit tan tetapi surya dan istri saudagar itu tetap setia untuk merawat saudagar itu.
Kadang-kadang surya membawa ayahnya berjalan-jalan ketaman didekat istana. Ayahnya merasa senang surya masih memikirkan dirinya.
Saudagar itu memanggil istrinya dan bertanya kepada istrinya “ istri ku bila nanti aku meniggal duluan, aku berharap kamu menjaga surya dengan sepenuh hati???”(dengan nada pelan)
Istrinya menjawab dengan sedih “ jangan lah engkau berbicara seperti itu”
Saudagar berbicara lagi “ bukan nya begitu tetapi aku hanya berpesan”
Istrinya menjawab “tapi suami ku engkau jangan berpikiran seperti itu!!!!!”(dengan nada pelan)
Kemudian saudagar itu memanggil surya kemudian beberapa saat kemudian surya pun datang. Dan bertanya ada apa ayah memanggil saya???
Ayah hanya ingin berpesan “ bila suatu hari ayah sudah tiada, ayah berharap kamu bisa menjaga ibu mu dan diri mu dengan baik!!!!”
Surya menjawab “ayah jangan lah berkata begitu”
Hari demi hari pun berlalu penyakit saudagar itu semakin parah. Dan pada suatu hari saudagar itu pun meninggal dunia. Semua orang yang ada di istana pun sedih bahkan berita meniggalnya saudagar itu sampai ke negeri tetangga.
Orang banyak berdatangan untuk melayat karena saudagar itu sangat baik hati. Hari itu juga saudagar itu dikubur. Semua orang diistana menangis ketika jasad saudagar itu di kuburkan.